Mandailing Natal,sidaknews.com – Operasi tambang emas ilegal kembali marak di Desa Rantobi, Kecamatan Batang Natal, Kabupaten Mandailing Natal (Madina). Lokasi penambangan liar ini hanya berjarak beberapa meter dari kompleks SD Negeri Rantobi, menimbulkan kekhawatiran akan keselamatan siswa dan kerusakan lingkungan.
Alat Berat dan Kerusakan Lingkungan
Pantauan di lapangan menunjukkan aktivitas penggalian menggunakan ekskavator dan mesin pencuci emas di area Lubuk Panjang. Material tanah yang dikeruk mengandung emas kemudian disaring dengan box kayu berkarpet, metode tradisional yang meninggalkan limbah tanah dan bahan kimia. Akibatnya, sungai sekitar tercemar lumpur, membuat air tak layak digunakan warga.
“Sudah sebulan lebih mereka beroperasi. Yang mengelola diduga keluarga kepala desa,” ujar seorang warga setempat yang enggan disebutkan namanya. Rabu (7/5)
Respons BPD Desa Rantobi: Tidak Ada Laporan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Rantobi mengaku tidak menerima laporan terkait aktivitas ilegal ini. Abdul Hadi, anggota BPD, menyatakan, “Kami belum dapat informasi resmi. Tidak ada yang melapor, jadi kami tidak tahu detail operasinya.” Pernyataan ini menuai kritik warga yang menilai lemahnya pengawasan institusi desa.
Tren Tambang Ilegal di Madina: Aparat Dianggap Lamban
Penambangan liar dengan alat berat semakin menjamur di Madina, termasuk di Kecamatan Lingga Bayu dan Kotanopan. Padahal, Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, telah memerintahkan Kapolres Madina menghentikan praktik ini saat kunjungan kerja pekan lalu. Namun, hingga kini belum ada tindakan tegas.
“Perintah langsung dari Kapolda saja diabaikan. Ini bukti penegakan hukum setengah hati,” protes aktivis lingkungan setempat.
Dampak Sosial dan Lingkungan
Selain merusak sungai, aktivitas tambang ilegal ini memicu kebisingan yang mengganggu proses belajar-mengajar di SD Rantobi. Warga juga khawatir dampak jangka panjang seperti longsor dan pencemaran air tanah.
Harapan Masyarakat:
Warga mendesak pemerintah daerah dan kepolisian segera menertibkan lokasi. “Ini bukan hanya urusan emas, tapi masa depan anak-anak dan lingkungan kami,” tegas seorang guru SD Rantobi. (Putra)