
PARIS,sidaknews.com – Di tengah ancaman krisis air global yang kian mengkhawatirkan, Malaysia muncul sebagai pemimpin dalam mendorong kerja sama internasional untuk mengatasi tantangan lintas batas ini. Pada Global Water Summit 2025 di Paris, Wakil Perdana Menteri Malaysia, Dato’ Sri Haji Fadillah Haji Yusof, menekankan pentingnya kolaborasi strategis dan kebijakan terpadu guna memastikan ketahanan air bagi semua negara, baik maju maupun berkembang.
Air: Aset Vital yang Menuntut Aksi Global
Dalam pidato utama di sesi pleno bertajuk “Mewujudkan Ekonomi Air Berkelanjutan”, Dato’ Sri Haji Fadillah menyatakan bahwa air harus diakui sebagai sumber daya tak tergantikan bagi kelangsungan hidup manusia. “Krisis air tidak mengenal batas geografis atau status ekonomi. Ini adalah tanggung jawab bersama umat manusia,” tegasnya.
Sebagai Menteri Transisi Energi dan Transformasi Air (PETRA), ia membagikan keberhasilan Malaysia dalam reformasi tata kelola air, termasuk transformasi dari sistem terfragmentasi menjadi kemitraan terpadu antara pemerintah federal dan negara bagian. Langkah ini menjadi fondasi bagi agenda Transformasi Sektor Air 2040 yang berfokus pada:
1. Pengelolaan Air Cerdas
– Penerapan teknologi mutakhir untuk mengurangi kebocoran air (Non-Revenue Water/NRW) melalui pendanaan bersama pemerintah.
– Edukasi publik tentang nilai air sebagai sumber daya terbatas.
2. Sinergi Sektor Swasta
– Investasi dalam inovasi daur ulang air, energi terbarukan, dan proyek ramah lingkungan.
– Peluang kemitraan untuk pengembangan infrastruktur berkelanjutan.
3. Antisipasi Dampak Perubahan Iklim
– Penguatan sistem peringatan dini banjir dan pemodelan data canggih.
– Persiapan skenario adaptasi untuk cuaca ekstrem.
*Peran ASEAN dan Undangan Kolaborasi Global*
Malaysia tak hanya aktif di tingkat nasional, tetapi juga memimpin inisiatif regional melalui ASEAN. Dato’ Sri Haji Fadillah mengajak pelaku industri global untuk berinvestasi dalam teknologi pengelolaan air generasi baru, seperti sistem daur ulang air dan solusi energi alternatif. “Inovasi adalah kunci. Kami terbuka untuk kolaborasi guna menciptakan masa depan air yang tangguh,” ujarnya.
*IWK: Dari Pengelola Limbah ke Pionir Keberlanjutan*
Sebagai bagian dari strategi nasional, *Indah Water Konsortium (IWK)—perusahaan pengelola limbah terkemuka Malaysia—bertransformasi dari penyedia layanan konvensional menjadi pelopor ekonomi sirkular. **Narendran Maniam*, CEO IWK, menyatakan bahwa pendekatan mereka kini berfokus pada tiga pilar:
– Netralitas Emisi: Pengurangan gas rumah kaca dan optimalisasi daur ulang limbah.
– Dukungan untuk Industri Hijau: Penyediaan air daur ulang bagi pusat data dan kawasan industri.
– Kemandirian Finansial: Model bisnis yang menggabungkan nilai ekonomi dan keberlanjutan.
“Kami mengundang semua pihak untuk berkolaborasi melalui proses tender transparan. Setiap inovasi harus memberi nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat,” tambah Narendran dalam diskusi *“Menerapkan Lonjakan Capex”.
*Profil Indah Water Konsortium (IWK)*
Dimiliki oleh Kementerian Keuangan Malaysia, IWK mengelola lebih dari *9.000 instalasi pengolahan limbah dan 22.000 km jaringan pipa, melayani setara 32 juta penduduk. Keahlian mereka mencakup operasional, riset, hingga pelatihan, dengan rekam jejak proyek internasional bersama **UN Habitat* dan *Bank Pembangunan Asia (ADB)*.
*Tindakan Nyata Menuju Masa Depan Berkelanjutan*
Malaysia terus memperkuat komitmennya melalui inovasi kebijakan, investasi hijau, dan diplomasi air global. Dengan kombinasi kepemimpinan visioner dan kolaborasi multidimensi, negara ini berpotensi menjadi model bagi dunia dalam menjawab krisis air.
Informasi Lebih Lanjut: Kunjungi [www.iwk.com.my](https://www.iwk.com.my) untuk detail program dan peluang kemitraan. (*)
Komentar