
HONG KONG,Sidaknews.com – Lembaga gemologi paling terkemuka di dunia, Gemological Institute of America (GIA), secara resmi mengumumkan pembaruan besar dalam pendekatan penilaian terhadap berlian buatan laboratorium. Mulai akhir tahun 2025, GIA akan menghentikan penggunaan sistem 4C (Cut, Color, Clarity, Carat) untuk mengevaluasi berlian hasil laboratorium. Sebagai gantinya, berlian buatan akan diklasifikasikan dalam kategori deskriptif seperti “premium”, “standar”, atau tanpa tingkatan apabila tidak memenuhi kualitas minimum.
Langkah strategis ini menjadi momen penting dalam sejarah industri perhiasan, dengan tujuan memperjelas perbedaan fundamental antara berlian alami dan buatan, serta memperkuat posisi berlian alami sebagai batu permata yang langka dan tak tergantikan.
GIA: Berlian Buatan Tak Lagi Gunakan Skema 4C
Kebijakan baru GIA ini bukan sekadar perubahan format, melainkan transformasi menyeluruh untuk memisahkan standar evaluasi berlian alami dan berlian buatan. Menurut Tom Moses, EVP dan Kepala Laboratorium GIA, lebih dari 95% berlian laboratorium yang beredar di pasar menunjukkan rentang warna dan kejernihan yang sangat terbatas. Oleh karena itu, menggunakan sistem 4C yang dirancang untuk berlian alami dianggap tidak lagi relevan bagi penilaian berlian buatan.
GIA ingin memastikan bahwa standar penilaian mencerminkan proses pembentukan, sifat fisik, dan nilai intrinsik yang berbeda antara keduanya. Sistem klasifikasi baru ini akan mempermudah konsumen memahami kualitas berlian buatan tanpa menyesatkan dengan metrik yang tidak sesuai.
Meningkatkan Apresiasi terhadap Berlian Alami
Reformasi ini juga memperkuat posisi berlian alami sebagai permata yang tidak tergantikan secara nilai, karakteristik, dan emosi. Berlian alami terbentuk selama miliaran tahun di dalam perut bumi, menghasilkan struktur dan warna unik yang tak bisa diduplikasi. Setiap batu memiliki ciri khas tak terulang, menjadikannya simbol cinta, komitmen, dan keabadian.
Sebaliknya, berlian buatan—yang diproduksi melalui metode HPHT (High Pressure High Temperature) atau CVD (Chemical Vapor Deposition)—diciptakan dalam waktu singkat dengan proses manufaktur massal. Meskipun memiliki tampilan fisik serupa, berlian laboratorium tidak mengandung nilai emosional, kelangkaan, maupun potensi investasi yang melekat pada berlian alami.
Komitmen GIA terhadap Transparansi dan Edukasi Konsumen
Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah pelaku industri telah menggunakan istilah pemasaran seperti “berlian etis” atau “ramah lingkungan” untuk mempromosikan berlian buatan, yang dapat menyebabkan kebingungan publik. GIA bertindak untuk menghindari misleading branding semacam ini dengan memberikan standar klasifikasi yang jelas dan transparan.
Pendekatan baru ini diharapkan akan membantu konsumen dalam membuat keputusan pembelian yang lebih cerdas, sambil mempertegas batas antara berlian alami dan laboratorium secara ilmiah dan etis.
Masa Depan Penilaian Berlian: GIA Jadi Acuan Global
Dengan perubahan ini, GIA tidak hanya menyesuaikan diri terhadap perkembangan teknologi, tetapi juga menetapkan tolak ukur baru bagi industri perhiasan internasional. Penilaian berlian 2025 versi GIA ini kemungkinan besar akan diikuti oleh lembaga gemologi lain di seluruh dunia.
Peralihan ini bukan sekadar soal teknik evaluasi, tetapi juga tentang menjaga keaslian nilai sebuah batu permata—memastikan bahwa berlian alami vs buatan tidak diperlakukan setara dalam aspek evaluasi, pemasaran, maupun persepsi pasar. (*)
Komentar