Forum Internasional Kubuqi ke-10 Siap Digelar: Ordos Jadi Contoh Dunia dalam Menghijaukan Gurun

Img 20250801 19175
An oasis in Kubuqi Desert, Hangjin Banner, Ordos

ORDOS, TIONGKOK – Forum Internasional Kubuqi ke-10 akan digelar pada 8–9 September 2025 di Ordos, Wilayah Otonomi Mongolia Dalam, Tiongkok. Forum ini menjadi ajang penting bagi kerja sama internasional dalam pengendalian dan pencegahan desertifikasi (penggurunan), dengan mengangkat tema “Pengendalian Gurun Berbasis Sains, Pembangunan Hijau”.

Forum ini akan menghadirkan perwakilan dari berbagai lembaga internasional seperti Program Lingkungan PBB (UNEP) dan Sekretariat UNCCD, serta pejabat pemerintah, ilmuwan, dan ahli lingkungan dari Afrika, Eropa, Timur Tengah, dan kawasan lainnya. Mereka akan bersama-sama membahas strategi inovatif dalam mengatasi degradasi lahan dan menyebarkan solusi hijau ala Tiongkok ke tingkat global.

Dari Lautan Pasir ke Oase Ekonomi: Keberhasilan Ekologis Gurun Kubuqi

Dulu dikenal sebagai “Lautan Kematian”, Gurun Kubuqi—gurun terbesar ketujuh di Tiongkok—kini menjadi ikon pemulihan lingkungan. Dengan upaya sistematis selama lebih dari 30 tahun, tutupan vegetasi di kawasan ini meningkat dari hanya 7% menjadi 40% pada 2024, dengan target ambisius mencapai 50% pada 2025 dan 70% pada 2030.

Kunci keberhasilan ini adalah model “Fotovoltaik + Pengendalian Gurun”, yang memadukan panel surya dengan restorasi ekologis. Lebih dari 10 GW kapasitas pembangkit tenaga surya telah dibangun di atas lahan seluas 46.700 hektare, memungkinkan produksi energi bersih sambil mendukung pertanian berkelanjutan dan peternakan di bawahnya.

Salah satu proyek paling ikonik adalah “Taman Surya Kuda Perkasa” di Dalad Banner, di mana 196.000 panel surya disusun membentuk siluet kuda berlari-simbol kepemimpinan Tiongkok dalam energi hijau dan konservasi tanah.

Strategi Ordos: Solusi Terpadu untuk Pemulihan Lahan Global

Keberhasilan Ordos terletak pada pendekatan strategis empat pilar, yaitu:

Integrasi Pendanaan: Alokasi anggaran sebesar 14,9 miliar RMB untuk proyek-proyek prioritas seperti hutan penyangga dan zona rehabilitasi berbasis PV.

Integrasi Teknologi: Penerapan teknologi pengendalian gurun dengan tingkat adopsi mencapai 60% di lapangan.

Integrasi Manfaat Sosial: Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program padat karya dengan porsi anggaran khusus sebesar 16%.

Integrasi Kolaboratif: Melibatkan lebih dari 30 BUMN, 100 perusahaan swasta dan organisasi nirlaba, 500 tim teknis, dan 25.000 petani serta penggembala.

Model Kubuqi kini telah menarik perhatian internasional, bahkan dijadikan acuan oleh negara-negara seperti Mongolia dan Arab Saudi. UNEP menyebutnya sebagai model pengendalian desertifikasi yang bisa direplikasi secara global.

Menghijaukan Ekonomi: Ekologi Bertemu Kesejahteraan

Transformasi Kubuqi bukan hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal. Setiap tahun, Ordos menanam sekitar 66.667 hektare tanaman semak caragana, tanaman tahan kering yang menjaga stabilitas tanah berpasir. Semak ini diolah menjadi 35.000 ton pakan ternak dan 10.000 ton biofuel per tahun, menciptakan nilai tambah dari rehabilitasi lingkungan.

Di bekas zona tambang batubara, kini berdiri wilayah percontohan “Energi Baru + Regenerasi Ekologi”, dengan pertanian berkelanjutan yang didukung tenaga surya. Pada 2024, hasil produksi sektor kehutanan dan padang rumput mencapai 7,5 miliar RMB, ditambah dengan terbentuknya 190.000 hektare hutan penyerap karbon—setara dengan 2,6 kali luas Singapura.

Sebuah Seruan Global Melalui Forum Kubuqi

Di tengah meningkatnya ancaman desertifikasi yang kini berdampak pada 40% permukaan daratan dunia dan hampir setengah populasi global, solusi seperti yang ditawarkan Ordos menjadi sangat penting. Melalui Forum Internasional Kubuqi ke-10, dunia disuguhkan bukti nyata bahwa pemulihan ekosistem dan pertumbuhan ekonomi hijau bisa berjalan beriringan.

Dari Kubuqi hingga Riyadh, dari Sungai Kuning hingga Sahara, model ilmiah Tiongkok menginspirasi kebangkitan ekologi global. Forum ini diharapkan menjadi langkah baru dalam kerja sama internasional melawan desertifikasi dan krisis lingkungan lainnya. (*)

Komentar