Kecanduan Gadget Ancam Budaya Lokal, Wabup Madina Serukan Pelestarian Tradisi Mandailing

Img 20250805 13941
Wakil Bupati Mandailing Natal, Atika Azzi Utammi Nasution, Kepala Dinas Kebudayaan, Dr. muhammad Daud Batubara, Kepala Dinas Pariwisata, Syukur, Pengurus Yayasan Bina Budaya Mandailing Raptama dan Para Generasi Anak Muda-Mudi yang Tampil Pada Acara Irama Ulupungkut di Kecamatan Ulupungkut, Kabupaten Mandailing Natal.(Saipul Bahri Siregar/Dok.Pemkab Madina).

Mandailing Natal,Sidaknews.com
Kecanduan terhadap media sosial dan perangkat digital kini dinilai sebagai salah satu ancaman serius bagi generasi muda, terutama dalam hal kehilangan jati diri dan keterasingan dari nilai-nilai budaya lokal. Hal ini disampaikan oleh Wakil Bupati Mandailing Natal (Madina), Atika Azmi Utammi Nasution, saat menghadiri puncak acara Irama Ulupungkut yang berlangsung di Desa Alahankae, Kecamatan Ulupungkut, Sabtu (2/8/2025).

Wabup Atika menegaskan bahwa ketika generasi muda tidak lagi mengenal warisan budaya leluhur, maka rasa cinta terhadap tanah kelahiran akan ikut luntur. Kondisi ini, menurutnya, bisa berdampak pada menurunnya semangat untuk berkontribusi membangun daerah.

“Irama Ulupungkut sangat selaras dengan arah pembangunan daerah, sebagaimana tertuang dalam misi keempat kami: memperkuat identitas lokal dalam arus globalisasi,” ujarnya.

Ia menyampaikan apresiasi terhadap inisiatif Yayasan Bina Budaya Mandailing Raptama yang menggelar kegiatan tersebut sebagai bagian dari upaya menghidupkan kembali tradisi Mandailing yang nyaris terlupakan. Atika juga mencontohkan upaya positif seperti kegiatan witapermainur (permainan rakyat tradisional) yang rutin dilakukan setiap Minggu di Kecamatan Tambangan sebagai langkah konkret menjauhkan anak-anak dari ketergantungan gadget.

Kolaborasi Lintas Sektor Dorong Pelestarian Tradisi

Wabup Atika menekankan bahwa menjaga dan mengembangkan budaya lokal bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi memerlukan dukungan dari sektor swasta dan komunitas budaya.

“Kami mengajak seluruh elemen masyarakat, termasuk pelaku seni, tokoh adat, dan lembaga swadaya, untuk terus aktif menggelar kegiatan budaya seperti ini. Pemkab Madina siap memberikan dukungan,” ungkapnya.

Sementara itu, tokoh adat Madina, Ivan Iskandar Batubara yang menyandang gelar Patuan Parhimpunan Gomgom Mandailing, mengungkapkan keprihatinannya terhadap minimnya tenaga pendidik yang memahami dan mampu mentransfer nilai-nilai seni dan budaya kepada generasi penerus.

> “Kegiatan seperti Irama Ulupungkut bukan sekadar pertunjukan seni, melainkan upaya konkret mempertahankan jati diri Mandailing di tengah arus modernisasi,” katanya.

Menghidupkan Kembali Warisan Budaya yang Telah Lama Hilang

Ketua Yayasan Bina Budaya Mandailing, Raptama Muhammad Bakhsan Parinduri, mengungkapkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari program pelestarian dan pemajuan kebudayaan Mandailing Julu, yang terlaksana berkat dukungan Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II.

Puluhan mahasiswa seni serta para pemuda dari komunitas Naposo Nauli Bulung turut berpartisipasi dalam pertunjukan yang menampilkan sejumlah tradisi yang telah lama menghilang, seperti Tor Tor Manggore—tarian sakral yang menggambarkan cara mengambil emas dari alam tanpa merusak lingkungan.

“Sudah lebih dari enam dekade Tor Tor Manggore tidak dipentaskan. Pagelaran ini menjadi momentum penting untuk membangkitkan kembali nilai-nilai luhur yang nyaris punah,” jelas Bakhsan.

Selain Tor Tor Manggore, sejumlah pertunjukan adat lainnya turut meramaikan acara seperti Tor Tor Inanta Soripada, Tor Tor Raja-raja diiringi Jeir, Tor Tor Ranggas Namule Ule, serta Sarama Mamale Begu—irama khas Gordang Sambilan tanpa formasi gendang lengkap.

Dalam acara tersebut, Wabup Atika bersama sejumlah pejabat daerah seperti Sekretaris DPPKB Elfi Maryanni dan Kabid Kebudayaan Disdik Liliana Asaliah Lubis turut tampil di atas panggung untuk menari Tor Tor Inanta Soripada, sebagai bentuk dukungan langsung terhadap pelestarian budaya.

Simfoni Tradisi dan Modernitas

Sebagai penutup, grup musik Sarama menyajikan penampilan yang memadukan instrumen tradisional Mandailing dengan alat musik modern, menciptakan harmoni unik yang menjadi simbol penggabungan budaya lama dan era digital.

Wabup Atika hadir dalam kesempatan tersebut bersama rombongan pejabat daerah, termasuk Asisten Administrasi Umum Lismulyadi Nasution, Kadis Kebudayaan Dr. Muhammad Daud Batubara, Kadis Pariwisata Syukur Soripada Nasution, Kabid Tanaman Pangan Juli Hidayah, Kabag Umum Seksa Irsan Hasibuan, serta Kabag Kesra Bahruddin Juliadi. (𝙎𝙖𝙞𝙥𝙪𝙡 𝘽𝙖𝙝𝙧𝙞 𝙎𝙞𝙧𝙚𝙜𝙖𝙧)

Komentar