
HOHHOT, TIONGKOK – Pameran Patung Internasional Hohhot ke-2 resmi dibuka di Museum Seni Patung Hohhot, menampilkan 95 karya dari 80 seniman yang berasal dari 20 negara, termasuk Tiongkok, Prancis, Jerman, dan Italia. Acara ini menarik perhatian warga lokal dan wisatawan dari berbagai daerah, menjadi jembatan pertukaran seni antara kota bersejarah di utara Tiongkok ini dengan dunia internasional.
Tema tahun ini adalah “Menceritakan Kisah Tiongkok Lewat Seni Patung”. Pameran perdana pada Oktober 2023 mengangkat Jalur Sutra sebagai benang merah budaya, menciptakan ruang dialog lintas negara. Edisi tahun ini melanjutkan misi tersebut dengan menghadirkan kembali seniman dari 20 negara. Menurut panitia, bangunan museum ini sendiri adalah karya seni—berkonsep sunken building yang diubah dari lubang pondasi terbengkalai menjadi pusat seni, mencerminkan estetika Timur dalam filosofi “mengubah kerusakan menjadi keindahan.” Kini, museum ini telah menjadi salah satu ikon baru Kota Hohhot.
Sejak dibuka pada 2023, museum ini telah menggelar dua pameran internasional dan tujuh pameran tematik, dengan total kunjungan lebih dari 820.000 orang. Bersama Museum Mongolia Dalam, Museum Seni Mongolia Dalam, dan Taman Jalur Sutra Padang Rumput, museum ini membentuk “poros budaya” sepanjang 5,6 kilometer yang menjadi etalase vitalitas budaya Hohhot.
Pameran kali ini menghadirkan patung berbahan perunggu, batu, logam, dan material lainnya, dengan gaya mulai dari realisme hingga abstraksi yang memikat pengunjung untuk berlama-lama.
Yang Xiaowen, warga Hohhot yang gemar karya geometris dan abstrak, mengatakan, “Dibandingkan tahun lalu, karya-karya tahun ini terasa lebih segar dan sesuai dengan selera estetika saya.” Sementara putrinya yang berusia 8 tahun, Yang Mu, menunjuk karya berjudul Strawberry Bunny dan berkomentar, “Kombinasinya unik antara stroberi dan kelinci, aku suka sekali.”
Cristian Biasci, Direktur Departemen Patung di Florence Academy of Art, menilai bahwa di era serba digital seperti sekarang, patung publik justru semakin penting sebagai bahasa seni yang menghubungkan kembali manusia dengan interaksi nyata. Ia melihat pameran di Hohhot sebagai contoh nyata bagaimana patung dapat terintegrasi dalam ruang publik.
“Ini adalah dialog estetika lintas waktu dan ruang antara seniman Tiongkok dan internasional,” ujar Jing Yumin, Wakil Ketua Asosiasi Pemahat Kota Tiongkok. “Karya-karya ini bukan hanya momen seni yang dibekukan, tetapi juga pertukaran pemikiran yang mengalir, mencerminkan gagasan ‘hidup berdampingan secara harmonis dan keindahan bersama’.” Ia berharap pameran ini menjadi kejutan menyenangkan bagi warga lokal sekaligus jendela bagi dunia untuk lebih mengenal Tiongkok.
Pameran ini berlangsung mulai Agustus 2025 hingga Januari 2026, dengan rangkaian acara seperti salon patung, pasar seni, dan kegiatan lain yang akan digelar selama periode tersebut. (*)