Kenapa MRI RSUD RAT Tak Berfungsi? Ini Penjelasan Direktur Rumah Sakit

Direktur Rsud Rat Dr. Bambang Utoyo
Direktur Rsud Rat Dr. Bambang Utoyo.

Tanjungpinang,Sidaknews.com – Mesin Magnetic Resonance Imaging (MRI) di RSUD Raja Ahmad Tabib (RSUD RAT) Tanjungpinang telah “mati suri” lebih dari setahun. Alat pencitraan medis bernilai miliaran rupiah ini seharusnya menjadi andalan untuk mendiagnosis penyakit serius seperti tumor, stroke, cedera saraf, hingga kelainan sendi—namun kini tak berdaya akibat krisis helium cair.

Investigasi Sidaknews menemukan, kerusakan bermula dari chiller atau mesin pendingin MRI yang macet. Tanpa pendinginan optimal, suhu mesin meningkat dan cadangan helium-bahan vital yang menjaga kestabilan kerja MRI-menghilang drastis. Hasil pengecekan terakhir mencatat sisa helium hanya 3,14 persen, padahal standar minimal adalah 60 persen.

Direktur RSUD RAT, dr. Bambang Utoyo, mengakui helium merupakan kebutuhan tahunan, namun tak masuk dalam penganggaran sebelumnya. Usulan pembelian baru dilakukan setelah MRI berhenti total, yang kini terkendala proses anggaran pemerintah daerah.

“Satu tabung helium cair hampir Rp1 miliar, dan kami butuh tiga tabung. Total sekitar Rp3 miliar agar alat bisa hidup lagi,” jelasnya.

Akibat kelumpuhan ini, sekitar 50 pasien setiap bulan yang memerlukan MRI terpaksa dirujuk ke Batam-menambah biaya dan waktu penanganan.

Untuk menutup celah layanan, rumah sakit mengoptimalkan CT Scan yang dimiliki. Meski demikian, CT Scan tak mampu menyamai akurasi MRI dalam mendeteksi gangguan neurologis dan cedera jaringan lunak.

Kondisi ini memunculkan pertanyaan publik: bagaimana mungkin kebutuhan rutin bernilai strategis seperti helium tak dianggarkan? Dan mengapa perbaikan baru bergerak setelah layanan vital lumpuh total?. (Red)