
Hong Kong,Sidaknews.com – Komisi Filantropi Asia (Commission on Asian Philanthropy), sebuah koalisi beranggotakan 13 lembaga filantropi terkemuka di kawasan, merilis temuan awal dari studi besar mengenai tren pemberdayaan filantropi di Asia.
Dalam pertemuan ke-4 yang digelar di Hong Kong, Senin (8/9), komisi tersebut menyoroti lima model utama pertumbuhan filantropi yang tengah mendorong transformasi skala, profesionalisme, serta efektivitas kegiatan filantropi di kawasan, yaitu:
Model Korporasi (Corporate-led) – Perusahaan memanfaatkan aset, keahlian, dan jaringan untuk mendukung pembangunan inklusif.
Model Komunitas (Community-led) – Partisipasi warga melalui relawan, dukungan sejawat, dan gerakan akar rumput.
Model Berbasis Agama (Faith-based) – Prinsip nilai dan kepercayaan memperkuat keberlanjutan aksi sosial dan kepercayaan publik.
Model Negara (State-led) – Pemerintah memperluas koordinasi, skala, serta memanfaatkan infrastruktur pelayanan publik.
Model Individu Berpengaruh (High-net-worth individual-led) – Meski lebih kecil di Asia, peran tokoh dengan kekayaan besar tetap memberikan kontribusi penting.
Menurut Komisi, keunikan Asia terletak pada pendekatan pluralistik. Tidak hanya mengandalkan donasi individu kaya raya, namun juga mengoptimalkan sumber daya kolektif berbasis nilai lokal.
Contoh Praktik di Berbagai Negara Asia
India: Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) meningkatkan kontribusi perusahaan dari US$1,2 miliar (2015) menjadi US$4,17 miliar (2024).
China & Arab Saudi: Digitalisasi filantropi memungkinkan publik berdonasi lebih luas. Pada 2021, China menyalurkan US$1,55 miliar, sementara Arab Saudi mengumpulkan US$1,33 miliar di 2024 melalui platform daring.
Indonesia: Sistem Zakat yang dikelola profesional berhasil menghimpun US$2,55 miliar pada 2024. Lembaga zakat institusional menyumbang US$0,73 miliar atau 28,69% dari total, naik tiga kali lipat sejak 2015.
Komentar Para Pemimpin Filantropi
Lester Huang, Ketua Institute of Philanthropy, menegaskan bahwa transformasi nyata bergantung pada penguatan sistem pendukung di tiap model.
Sementara itu, Ichiro Kabasawa, Direktur Eksekutif The Nippon Foundation, menilai Asia sedang membangun paradigma baru filantropi global: “Kita tidak hanya menambah jumlah donasi, tapi juga meningkatkan standar keberhasilan ketika filantropi benar-benar melekat pada komunitas yang dituju.”
Tentang Komisi Filantropi Asia
Komisi ini terdiri dari lembaga ternama, antara lain:
China Soong Ching Ling Foundation
The Hong Kong Jockey Club Charities Trust
King Khalid Foundation
Nippon Foundation
Temasek Foundation
Tencent Charity Foundation
Yayasan Dompet Dhuafa
Yayasan Hasanah (Khazanah Nasional Berhad – Malaysia)
dan beberapa organisasi lain.
Ko-konvenor: Asia Philanthropy Congress & Institute of Philanthropy
Sekretariat: AVPN & Voyage
Asia Philanthropy Congress
Didirikan pada 2022, forum ini menghimpun pemimpin filantropi se-Asia untuk mencari solusi kolaboratif atas isu sosial. Peran utamanya adalah mempercepat aksi sosial di bidang yang belum sepenuhnya tersentuh bantuan pemerintah maupun sektor swasta.
Institute of Philanthropy
Berdiri pada September 2023 dengan dana awal HK$6,8 miliar (US$870 juta) dari The Hong Kong Jockey Club, lembaga ini berfungsi sebagai think-fund-do tank untuk mengembangkan kapasitas filantropi lokal, regional, dan global. (*)
Komentar