Bandung, sidaknews.com – KH. Ahmad Syuk Rillah, pemilik Pondok Pesantren Al-Falah, menegaskan penolakannya terhadap aksi unjuk rasa yang berujung anarkis. Dalam pertemuan terbuka Selasa, 24 September 2025, ia menyatakan bahwa aspirasi boleh disampaikan, kritik diperbolehkan, tetapi semua harus dilakukan secara damai dan bermartabat.
Ia menyoroti keberadaan kelompok Anarko yang menyimpang dari nilai perjuangan dan kebebasan berpendapat yang sehat. Menurutnya, gerakan ini merusak citra demokrasi dan berpotensi mempengaruhi generasi muda. KH. Ahmad menekankan, Islam tidak membenarkan kekerasan sebagai jalan penyelesaian masalah. Dialog, musyawarah, dan edukasi menjadi kunci dalam menyampaikan pendapat dan memperjuangkan keadilan.
KH. Ahmad Syuk Rillah mengimbau santri dan pemuda agar tidak mudah terprovokasi narasi kekerasan di media sosial maupun jaringan bawah tanah. Santri sebagai pemimpin masa depan harus menjauhi gerakan yang menjanjikan perubahan melalui kekerasan. Ia menekankan pentingnya menjaga budaya dan religiusitas Jawa Barat dari pengaruh ideologi asing yang bertentangan dengan nilai kebangsaan dan keislaman.
Pernyataan ini mendapat dukungan positif dari aparat keamanan dan tokoh masyarakat. Kapolres setempat menyampaikan apresiasi atas kontribusi para ulama dalam menjaga kondusivitas dan ketenangan masyarakat. Tokoh masyarakat juga menekankan peran pesantren sebagai pusat pendidikan karakter, pembentukan moral, dan cinta tanah air.
KH. Ahmad menutup pernyataannya dengan ajakan menjaga persatuan bangsa dan menolak paham yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945. Ia menekankan santri harus berada di barisan terdepan dalam menjaga kedamaian dan keutuhan bangsa. Pondok Pesantren Al-Falah menegaskan perannya sebagai garda moral masyarakat, mengajarkan ilmu agama sekaligus menanamkan nilai toleransi, kedamaian, dan cinta tanah air. (Md)
Komentar