Dari Transition Finance Hingga Nature-Based Solutions, Sektor Keuangan Memiliki Peran Strategis dalam Mempercepat Transformasi Menuju Ekonomi Rendah Karbon
Jakarta,Sidaknews.com – Setiap berita belakangan mengingatkan kita bahwa dunia sedang berubah: suhu yang meningkat, cuaca yang tidak dapat diprediksi, dan garis pantai yang menghilang bukan lagi peringatan yang jauh, melainkan kenyataan yang membentuk cara kita hidup, bekerja, dan berkembang. Seiring meningkatnya urgensi, pertanyaannya bukan lagi apakah kita harus bertindak, tetapi bagaimana kita dapat membangun perekonomian yang tumbuh tanpa merugikan planet. Di seluruh dunia, pemerintah dan investor sedang meninjau kembali makna kemajuan, menjadikan keberlanjutan sebagai inti dari pertumbuhan masa depan. Dari energi bersih hingga konservasi laut, gagasan ekonomi hijau (green economy) dan ekonomi biru (blue economy) kini muncul sebagai fondasi baru dalam merancang masa depan yang lebih inklusif dan tangguh.
Transformasi ini menuntut sistem keuangan untuk beradaptasi dengan cepat. Pembiayaan berkelanjutan kini tidak hanya tentang menyalurkan dana ke proyek hijau, tetapi juga tentang mendukung sektor-sektor yang sedang bertransisi menuju praktik yang lebih ramah lingkungan dan sosial.
“Kita perlu segera bertindak menghadapi krisis alam, karena krisis iklim tidak akan terselesaikan tanpa mengatasi hilangnya keanekaragaman hayati. Dampak finansial dari krisis ini sudah terasa, mulai dari terganggunya rantai pasok hingga menurunnya hasil pertanian. Bagi sektor-sektor yang bergantung pada sumber daya alam seperti pangan, pertanian, dan pertambangan, hal ini bukan lagi risiko masa depan, melainkan realitas keuangan saat ini. Karena itu, pembiayaan berkelanjutan bukan lagi sekadar tren, tetapi kebutuhan mendesak untuk menjaga ketahanan bisnis jangka panjang dan stabilitas ekonomi. Kita perlu mengubah cara pandang terhadap kemajuan, dari sekadar mengejar pertumbuhan jangka pendek menjadi menciptakan kesejahteraan jangka panjang bagi manusia dan alam,” ujar Chief Sustainability Officer DBS Bank, Helge Muenkel.
Di tengah tantangan geopolitik, volatilitas pasar, serta kebutuhan akan keadilan sosial, Helge melihat munculnya lima tren yang membentuk masa depan pembiayaan berkelanjutan sebagai berikut:
Transition Finance Hubungkan Pertumbuhan dan Keberlanjutan
Transition finance merujuk pada pembiayaan yang membantu perusahaan dan perekonomian bertransisi secara bertahap menuju emisi lebih rendah dan operasi yang lebih berkelanjutan, meskipun belum sepenuhnya “hijau”. Alih-alih hanya berfokus pada proyek yang sudah ramah lingkungan, pendekatan ini mendukung upaya-upaya seperti pembaruan teknologi, peningkatan efisiensi energi, dan pengurangan emisi operasional.
Dalam dua tahun terakhir, istilah ini semakin mendapat perhatian di dunia keuangan global seiring dengan meningkatnya kesadaran investor dan pembuat kebijakan bahwa proses dekarbonisasi harus mencakup sektor-sektor yang sulit untuk mengurangi emisinya (hard-to-abate sectors). Bagi negara berkembang seperti Indonesia, pendekatan ini dinilai sangat relevan. Perekonomian nasional masih sangat bergantung pada energi fosil, sementara kebutuhan akan pertumbuhan sosial-ekonomi tetap tinggi. Transition finance menjadi jembatan antara kebutuhan pembangunan saat ini dan komitmen menuju masa depan rendah karbon, sekaligus membuka ruang bagi inovasi dan inklusi finansial yang lebih luas.
Mendefinisikan Ulang Pembiayaan Melalui Inovasi untuk Mendorong Transformasi Iklim
Jalur menuju net zero tidak hanya membutuhkan teknologi baru, tetapi juga cara berpikir baru tentang pembiayaan. Model pendanaan tradisional seringkali belum mampu memenuhi kebutuhan pendanaan besar untuk dekarbonisasi dan adaptasi. Di sinilah inovasi keuangan berperan penting dalam menciptakan mekanisme yang menghubungkan kinerja iklim dengan nilai finansial. Salah satu inovasi yang menonjol adalah sistem carbon credit, yang memungkinkan pasar untuk memberikan nilai pada pengurangan emisi, memberikan penghargaan atas kemajuan yang terukur, dan menyalurkan modal ke arah transformasi nyata di lapangan.
Meski memiliki potensi besar, pasar karbon selama ini masih belum dimanfaatkan secara optimal sebagai mekanisme untuk menyalurkan modal ke proyek-proyek yang memberikan dampak iklim yang terukur. Untuk memperkuat ekosistem ini, DBS Bank Ltd (Bank DBS) turut mendirikan bursa karbon global bernama Climate Impact X (CIX) bersama Temasek, Singapore Exchange, dan Standard Chartered. CIX bertujuan membangun pasar yang tepercaya dan transparan bagi carbon credit berkualitas tinggi, sehingga dapat mengalirkan modal secara lebih efisien ke proyek-proyek yang memberikan dampak lingkungan dan sosial yang nyata. Dengan menetapkan standar integritas dan verifikasi yang lebih tinggi, CIX membantu membuka potensi penuh pasar karbon sebagai katalis aksi iklim global.
Melanjutkan momentum ini, pasar kini mulai menyaksikan munculnya transition credit sebagai bentuk inovasi keuangan baru yang memberikan pengakuan atas upaya nyata dan terukur dari perusahaan yang masih berada dalam proses dekarbonisasi. Meskipun belum sepenuhnya hijau, para pelaku transition credit ini telah mengambil langkah konkret dan terukur menuju keberlanjutan. Helge menyebut mekanisme ini sebagai bentuk “pembiayaan realistis”, karena didasarkan pada pemahaman bahwa transisi menuju keberlanjutan membutuhkan proses dan tidak bisa terjadi dalam semalam.
Keberlanjutan Adalah Bisnis yang Baik
Salah satu pergeseran tren paling penting dalam dunia pembiayaan berkelanjutan adalah tumbuhnya keyakinan bahwa keberlanjutan kini bukan sekadar kewajiban moral, melainkan pendorong utama keberhasilan bisnis jangka panjang. Helge menegaskan bahwa perusahaan yang mengintegrasikan pertimbangan iklim dan sosial ke dalam strateginya tidak hanya melakukan hal yang baik, tetapi juga membangun organisasi yang lebih kuat dan adaptif di tengah volatilitas global.
Data dari Corporate Governance Institute menunjukkan bahwa perusahaan yang menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) dalam model bisnisnya cenderung memiliki risiko operasional yang lebih rendah, loyalitas pelanggan yang lebih tinggi, serta daya tarik investasi yang lebih besar. Seiring dengan berkembangnya pasar investasi hijau, keberlanjutan kini bukan lagi sekadar isu etika, tetapi menjadi keunggulan kompetitif yang menentukan daya tahan bisnis di masa depan.
“Tidak selalu ada kompromi antara imbal hasil dan keberlanjutan. Jika kita percaya pada megatren seperti perubahan iklim, maka memasukkan aspek keberlanjutan ke inti bisnis justru akan membuat perusahaan lebih tangguh dalam jangka panjang,” tambah Helge.
Melindungi Alam Berarti Melindungi Perekonomian
Laporan dari PwC global bertajuk Centre for Nature Positive Business menunjukkan bahwa lebih dari US$58 triliun atau sekitar 55 persen dari PDB global sangat bergantung pada alam, baik secara tinggi maupun sedang. Namun, temuan World Benchmarking Alliance mengungkapkan bahwa masih kurang dari 1 persen perusahaan di seluruh dunia benar-benar menyadari sejauh mana operasi mereka bergantung pada alam. Karena itu, melindungi alam bukan hanya sebuah keharusan lingkungan, tetapi juga kebutuhan ekonomi.
Helge yakin Indonesia memiliki potensi NBS yang sangat besar. Sebagai rumah bagi sekitar 20 persen hutan mangrove dunia dan salah satu keanekaragaman hayati terkaya di bumi, negara ini memiliki potensi besar untuk mengubah aset alam menjadi motor pertumbuhan berkelanjutan. Di sinilah Nature-Based Solution (NBS) berperan, seperti pendanaan untuk restorasi mangrove, rehabilitasi lahan gambut, dan proyek karbon berbasis alam. Secara ekonomi, proyek-proyek ini telah terbukti memiliki efek multiplier yang kuat. Restorasi mangrove, misalnya, tidak hanya mengurangi emisi hingga empat kali lipat per hektar dibandingkan hutan daratan, tetapi juga melindungi kawasan pesisir dari kerugian ekonomi akibat bencana alam, yang dapat mencapai miliaran dolar setiap tahun.
Kerja Sama Lintas Sektor Merupakan Kunci untuk Mempercepat Transisi Hijau
Transisi menuju ekonomi hijau dan biru tidak dapat dicapai oleh satu pihak saja. Helge menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor antara pemerintah, regulator, pelaku industri, lembaga keuangan, dan masyarakat sipil untuk menghadirkan solusi yang lebih inovatif, terukur, dan berkelanjutan. Pendekatan yang melibatkan seluruh sektor ini memungkinkan pembagian risiko dan percepatan pembiayaan untuk proyek-proyek transisi yang sebelumnya sulit diakses melalui pasar konvensional.
Bank DBS merupakan salah satu lembaga yang secara aktif menerapkan pendekatan ini melalui sejumlah inisiatif bersama mitra global dan lokal. Salah satu contohnya adalah skema pembiayaan campuran (blended finance) yang dilaksanakan bekerja sama dengan Karian Water Services, Asian Development Bank, dan International Finance Corporation untuk membiayai penyediaan air bersih bagi lebih dari dua juta penduduk di Jakarta, Tangerang, dan Tangerang Selatan. Proyek ini menandai implementasi pertama blended finance di sektor air Indonesia dan menunjukkan bagaimana model kemitraan seperti ini dapat diperluas ke bidang lain, mulai dari energi terbarukan hingga infrastruktur berkelanjutan, untuk mempercepat transisi menuju ekonomi rendah karbon.
“Kami tidak dapat mencapai perubahan ini sendirian. Sesuai dengan aspirasi kami untuk menjadi ‘Best Bank for a Better World’, Bank DBS berkomitmen tidak hanya untuk mengembangkan solusi pembiayaan berbasis alam tetapi juga untuk mendorong inovasi keuangan yang berdampak positif melalui kolaborasi dengan berbagai mitra. Setiap pemangku kepentingan memiliki peran yang harus dimainkan agar transformasi ekonomi hijau dan biru tidak hanya menjadi konsep belaka. Hal ini menghasilkan solusi yang relevan, inklusif, dan berkelanjutan bagi baik manusia maupun lingkungan,” kata Helge.
Inisiatif-inisiatif ini menggambarkan arah baru bagi dunia keuangan, di mana kolaborasi, inovasi, dan keberanian untuk mengambil risiko menjadi kunci untuk mempercepat transisi menuju ekonomi hijau dan biru. Dengan tantangan iklim yang semakin nyata, sektor keuangan berada dalam posisi strategis tidak hanya untuk mengalirkan pembiayaan tetapi juga untuk mengubah paradigma nilai: dari sekadar mengejar keuntungan menjadi menciptakan dampak jangka panjang bagi manusia dan planet.
Sebagai bagian dari komitmennya terhadap transisi bisnis yang berkelanjutan, DBS Group telah mengambil langkah proaktif melalui panduan dekarbonisasi “Our Path to Net Zero”, yang menyoroti sembilan sektor kunci, mulai dari penerbangan, otomotif, properti, kimia, pangan dan pertanian, minyak dan gas, energi, baja, hingga pelayaran. Panduan ini berfungsi sebagai acuan strategis bagi Bank DBS untuk merancang rencana transisi yang realistis sekaligus memberikan kontribusi signifikan terhadap pengurangan emisi.
Sesuai dengan hal ini, Bank DBS juga telah mendirikan Indonesia Sustainability Council (ISC), sebuah dewan yang bertugas mengarahkan strategi dan tindakan terkait upaya ESG Bank DBS Indonesia. ISC beroperasi sejalan dengan upaya keberlanjutan global DBS Group, termasuk Group Sustainability Council dan dewan serupa di lima pasar utama di luar Singapura.
Di Indonesia sendiri, Bank DBS Indonesia memainkan peran strategis dalam mendukung perusahaan-perusahaan yang sedang bertransformasi menuju ekonomi rendah karbon. Salah satu contohnya adalah perannya sebagai koordinator ESG dalam penerbitan obligasi sosial oleh PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BRI), yang menjadi contoh konkret bagaimana sektor keuangan dapat mempromosikan praktik bisnis yang lebih bertanggung jawab sambil memperluas akses ke pembiayaan hijau.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai upaya keberlanjutan Bank DBS, silakan kunjungi halaman ini.
Tentang DBS
DBS adalah grup jasa keuangan terkemuka di Asia, dengan kehadiran di 19 negara. Berkantor pusat dan terdaftar di Singapura, DBS berada dalam tiga sumbu pertumbuhan utama Asia: Tiongkok, Asia Tenggara, dan Asia Selatan. Peringkat kredit “AA-” dan “Aa1” DBS termasuk yang tertinggi di dunia.
Dikenal dengan kepemimpinan globalnya, DBS dinobatkan sebagai “World’s Best Bank” oleh Global Finance, “World’s Best Bank” oleh Euromoney dan “Global Bank of the Year” oleh The Banker. DBS berada di garis terdepan dalam memanfaatkan teknologi digital untuk membentuk masa depan perbankan, yang terpilih sebagai “World’s Best Digital Bank” oleh Euromoney dan “Most Innovative in Digital Banking” di dunia oleh The Banker. Selain itu, DBS mendapatkan penghargaan “Safest Bank in Asia“ dari Global Finance selama 17 tahun berturut-turut sejak 2009 hingga 2025.
DBS menyediakan layanan perbankan menyeluruh bagi seluruh nasabah di segmen ritel, UKM, dan korporasi. Sebagai bank yang lahir dan besar di Asia, DBS memahami seluk-beluk berbisnis di pasar yang paling dinamis di kawasan ini.
Didirikan pada tahun 1989 sebagai bagian dari DBS Group yang berbasis di Singapura, PT Bank DBS Indonesia (Bank DBS Indonesia) merupakan salah satu bank dengan sejarah terpanjang di Asia. Beroperasi di 1 Kantor Pusat, 13 Kantor Cabang, 16 Kantor Cabang Pembantu, dan 1 Kantor Fungsional serta 3.011 karyawan aktif di 15 kota besar di Indonesia, Bank DBS Indonesia menyediakan layanan perbankan menyeluruh yang berfokus pada pengalaman nasabah untuk ‘Live more, Bank less’. Bank DBS Indonesia pun memiliki tujuan positif yang melampaui perbankan dan berkomitmen untuk mendukung nasabah, karyawan, dan masyarakat menuju masa depan yang berkelanjutan.
PT Bank DBS Indonesia berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI) serta merupakan peserta penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).
DBS berkomitmen untuk membangun hubungan yang berkelanjutan dengan nasabah dengan perbankan yang sesuai budaya Asia. Melalui DBS Foundation, bank menciptakan dampak melampaui perbankan dengan meningkatkan kualitas hidup dan mata pencaharian mereka yang membutuhkan. Bank menyediakan kebutuhan dasar bagi komunitas rentan, serta mendorong inklusi dengan membekali mereka yang kurang terlayani dengan keterampilan literasi keuangan dan digital. Selain itu, bank juga mendukung wirausaha sosial yang inovatif dan menciptakan dampak positif.
Dengan jaringan operasional ekstensif di Asia dan menitikberatkan pada keterlibatan dan pemberdayaan stafnya, DBS menyajikan peluang karir menarik. Untuk informasi lebih lanjut, silakan kunjungi www.dbs.com. (**)







Komentar