
Jakarta,sidaknews.com – Presiden Prabowo Subianto menandai sejarah baru sektor energi Indonesia dengan meresmikan fase produksi perdana Lapangan Minyak Forel dan Terubuk di Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Acara hybrid yang digelar dari Istana Merdeka dan lokasi pengeboran ini menjadi bukti nyata upaya strategis pemerintah mencapai kemandirian energi sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor migas.
Momen Penting untuk Kedaulatan Energi Indonesia
Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan bahwa peluncuran proyek migas pertama di Natuna ini adalah langkah konkret menuju swasembada energi. “Ini bukan sekadar pencapaian teknis, tapi simbol kemandirian bangsa. Setiap barel minyak yang dihasilkan akan menghemat devisa negara hingga triliunan rupiah, dana yang bisa dialihkan untuk pembangunan infrastruktur dan program sosial,” ujarnya.
Natuna: Garda Depan Ketahanan Energi Nasional
Lapangan Forel dan Terubuk di Natuna diproyeksikan menjadi penyangga utama produksi migas dalam negeri. Dengan letak geografisnya yang strategis di perbatasan Laut China Selatan, wilayah ini tidak hanya kaya cadangan energi tetapi juga menjadi penanda kedaulatan Indonesia. Presiden menambahkan, “Pengelolaan sumber daya Natuna harus optimal untuk menjamin pasokan energi jangka panjang dan meningkatkan daya saing bangsa.”
Teknologi Dalam Negeri Capai 100% TKDN
Salah satu sorotan utama proyek ini adalah penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) hampir sempurna, melibatkan perusahaan lokal seperti Medco Energy. “Ini membuktikan bahwa anak bangsa mampu menguasai teknologi pengeboran migas kompleks. Kita tidak perlu selalu bergantung pada ahli asing,” tegas Prabowo. Dukungan SKK Migas dan Kementerian ESDM juga diapresiasi sebagai bentuk sinergi pemerintah-swasta.
Antisipasi Tantangan Global dan Dorongan Inovasi
Presiden mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap dinamika global yang dapat memengaruhi stabilitas energi. “Kita harus terus berinovasi dan memperkuat kolaborasi antarlembaga agar tidak mudah terpengaruh gejolak luar,” paparnya. Ia juga mendorong peningkatan investasi di sektor energi terbarukan sebagai langkah jangka panjang.
Dampak Ekonomi dan Langkah Selanjutnya
Keberhasilan produksi perdana ini diperkirakan akan menyumbang peningkatan lifting migas nasional sebesar 15%, mengurangi impor minyak mentah, dan menciptakan ribuan lapangan kerja. Hadir dalam acara tersebut, Menteri ESDM menyatakan, “Proyek ini akan diikuti dengan pengembangan lima lapangan migas baru di wilayah Timur Indonesia sebagai bagian dari peta jalan swasembada 2030.”
Komitmen Pemerintah untuk Energi Berkelanjutan
Pemerintah berencana mengalokasikan 20% dari pendapatan migas Natuna untuk pengembangan energi hijau, termasuk pembangkit listrik tenaga surya dan angin. Langkah ini sejalan dengan visi Prabowo dalam memadukan kemandirian energi dengan prinsip keberlanjutan.
Dengan diresmikannya Lapangan Forel dan Terubuk, Indonesia semakin mendekati target sebagai negara mandiri energi. Langkah strategis ini tidak hanya memperkuat ketahanan nasional tetapi juga menempatkan Indonesia sebagai pemain kunci di pasar energi global. Sumber : Biro pers Setpers)
Komentar