Indonesia–Tiongkok Perkuat Penggunaan Mata Uang Lokal dalam Perdagangan dan Investasi

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Gubernur People’s Bank of China (PBoC) Pan Gongsheng menggelar pertemuan membahas sistem transaksi mata uang RI dan RRT di Jakarta pada Kamis (11 /9/2025). (Foto: Komunikasi BI)

Jakarta – Indonesia dan Tiongkok terus memperkuat komitmen penggunaan mata uang lokal (Local Currency Transaction/LCT) dalam perdagangan dan investasi bilateral. Skema ini memberikan manfaat nyata bagi pelaku usaha dan masyarakat melalui efisiensi transaksi, biaya konversi yang lebih rendah, serta dukungan terhadap stabilitas keuangan.

Sepanjang Januari–Juli 2025, nilai transaksi LCT Indonesia–Tiongkok mencapai ekuivalen USD6,23 miliar atau sekitar Rp102,2 triliun (kurs Rp16.416 per USD). Angka tersebut melonjak dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar USD2,17 miliar (Rp35,6 triliun).

Capaian ini menjadi tonggak penting dalam rangka memperingati 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia–Tiongkok. Hal tersebut mengemuka dalam pertemuan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dan Gubernur People’s Bank of China (PBoC) Pan Gongsheng di Jakarta, Kamis (11/9/2025).

Perry menegaskan, partisipasi pelaku usaha dan pendalaman kerja sama ekonomi kedua negara akan terus berkembang. “Langkah ini mencerminkan komitmen bersama memperkuat kolaborasi bilateral dan membangun ekosistem keuangan yang lebih terhubung, aman, dan inklusif. Ke depan, BI bersama PBoC akan mendorong inovasi serta memperluas integrasi keuangan,” ujarnya, Jumat (12/9/2025).

Senada, Pan Gongsheng menyebut bahwa sebagai dua negara berkembang besar di Asia, Tiongkok dan Indonesia memiliki tanggung jawab bersama dalam menghadapi dinamika global. Menurutnya, penguatan kerja sama keuangan sangat penting karena hubungan dagang dan investasi kedua negara telah berlandaskan fondasi yang solid.

Selain dengan Tiongkok, realisasi LCT Indonesia dengan negara mitra lain juga menunjukkan perkembangan positif. Pada periode Januari–Juli 2025, tercatat transaksi dengan Malaysia sebesar USD2,03 miliar, Thailand USD644 juta, Jepang USD5,08 miliar, Korea Selatan USD85 juta, dan Uni Emirat Arab USD72 juta.

Dalam kesempatan yang sama, BI dan PBoC juga memulai uji coba terbatas (sandbox) konektivitas pembayaran QRIS antarnegara. Program ini melibatkan Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI) bersama UnionPay International sebagai mitra industri dari Tiongkok.

Uji coba tersebut tidak hanya menjadi langkah maju dalam teknologi pembayaran lintas batas, tetapi juga mendorong inklusi keuangan, keterjangkauan, dan akses layanan yang lebih luas bagi masyarakat.

Sinergi antara BI, PBoC, asosiasi sistem pembayaran, dan lembaga keuangan kedua negara melalui LCT dan QRIS lintas negara diharapkan mampu memperkuat hubungan ekonomi bilateral sekaligus membangun ekosistem keuangan digital yang tangguh, inklusif, dan berdaya saing di kawasan.

Source: Infopublik.id

 

 

 

Komentar