
Sidaknews.com – Indonesia menegaskan posisinya sebagai produsen tuna terbesar di dunia, menyumbang 16% pasokan global menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2023. Dengan potensi lestari mencapai 1,7 juta ton per tahun, sektor perikanan tuna nasional menjadi tulang punggung ekonomi nelayan sekaligus komoditas ekspor bernilai tinggi. Bagaimana strategi pemasaran Indonesia hingga bisa mendominasi pasar internasional? Simak analisis lengkapnya!
Pusat Produksi Tuna Indonesia: Dari Laut Banda hingga Samudera Hindia
Indonesia memanfaatkan keunggulan geografis sebagai negara kepulauan dengan wilayah perairan tropis yang jadi habitat ideal tuna. Sentra produksi utama tersebar di:
– Maluku dan Laut Banda* (45% hasil tangkapan nasional)
– Samudera Hindia (Selatan Jawa-Bali)* dengan tuna sirip biru berkualitas premium
– Perairan Sulawesi dan Papua* untuk jenis madidihang (yellowfin tuna).
Teknologi penangkapan ramah lingkungan seperti handline dan pole-and-line semakin digalakkan untuk memenuhi standar keberlanjutan global. KKP mencatat, 78% nelayan tuna kini telah bersertifikat ecolabel, meningkatkan daya saing di pasar ekspor.
Negara Tujuan Ekspor: Jepang, AS, hingga Uni Eropa Jadi Pasar Utama
Tuna Indonesia telah merajai pasar di 50+ negara, dengan nilai ekspor 2023 mencapai *USD 1,2 miliar*. Berikut 5 destinasi terbesarnya:
1. Jepang (30% ekspor) – Tuna segar dan beku untuk sashimi premium.
2. Amerika Serikat* (25%) – Tuna kalengan (merk seperti ABC dan Sultan) serta olahan ready-to-eat.
3. Uni Eropa (20%) – Spanyol dan Italia sebagai importir utama tuna sirip kuning (yellowfin) untuk industri makanan kemasan.
4. Timur Tengah (15%) – Permintaan tuna segar dari UAE dan Arab Saudi meningkat 40% sejak 2022.
5. ASEAN (10%) – Thailand dan Vietnam mengimpor tuna Indonesia untuk diolah kembali (re-export).
Strategi Pemasaran: Kolaborasi Nelayan-Perusahaan hingga Digitalisasi Supply Chain
Agar produk tuna Indonesia tetap kompetitif, KKP dan pelaku usaha menggenjot tiga strategi kunci:
– Kemitraan Nelayan-Industri: Perusahaan seperti *PT. Harta Samudra dan PT. Citra Raja Ampat membina nelayan lokal dengan skema bagi hasil dan pelatihan teknologi pendingin.
– Sertifikasi Internasional: 90% ekspor tuna telah memenuhi standar *MSC (Marine Stewardship Council) dan HACCP untuk jaminan keamanan pangan.
– Digital Tracking System: Aplikasi e-Logbook KKP memantau rantai pasok dari kapal hingga pelabuhan, transparansi yang diapresiasi pembeli Eropa.
Tantangan & Proyeksi 2024: Genjot Nilai Tambah Olahan
Meski produksi melimpah, Indonesia masih perlu mengatasi:
– Maratnya IUU Fishing* (penangkapan ilegal) di perairan zona ekonomi eksklusif.
– Ketergantungan pada ekspor bahan mentah (70% masih berbentuk utuh/beku).
KKP menargetkan peningkatan industri pengolahan dalam negeri melalui insentif fiskal dan pembangunan pabrik tuna kaleng di Maluku dan Bitung. Proyeksi kenaikan nilai ekspor 10% di 2024 akan dipacu melalui promosi di pameran internasional seperti *Seafood Expo Global Barcelona* dan *Foodex Tokyo*.
Optimalkan Potensi Tuna dengan Beli Produk Lokal!
Sebagai konsumen, dukung keberlanjutan sektor perikanan Indonesia dengan memilih tuna kaleng bersertifikat ecolabel atau beli langsung dari platform digital mitra nelayan seperti Aruna dan e-Fishery. Tuna Indonesia bukan hanya berkualitas, tapi juga menggerakkan ekonomi kerakyatan!